Photo credit to: Retno Kurniawati
Orangtuaku tidak punya pekerjaan tetap. Alhasil kami harus bersyukur masih dapat makan, meski dapat dikata istilahnya ya ayam seperempat kilo harus dibagi delapan. Aq enam bersaudara. Semakin kami besar bahkan mama kadang membaginya hanya untuk kami.
Karenanya jarang kami makan bisa nambah, karena bila nambah anggota yang lain tak dapat bagian. Mama yang hapal siapa suka apa dan siapa yang nerima apa aja, biasanya membagi-bagi sesuai kriteria tersebut. Aq yang suka kulit, dpt bagian yang banyak kulit, adek yg suka daging ayamnya saja, dapat bagian itu, dan semacamnya. Bahkan mama sampai hapal, bahwa krupuk putih favorit banyak orang, klo dah mlempem jadi jatahku, aq doang yang mau itu, asal belum tengik hahaha.
Bahkan ketika giliranku memasak dan menyiapkan makanan untuk hari itu - dapat makan nasi dua kali sehari saja kami sudah sangat bersyukur, seringkali kami makan nasi cuma sekali, malamnya bisa saja makan singkong, olahan tepung, atau mi instan, kadang mi instan dua atau tiga bungkus kami bagi untuk dimakan dengan nasi jika masih ada. Jangan bayangkan kami makan ogah-ogahan. Kami sangat lahap, hehe - aq sudah terampil membagi semua menjadi delapan atau enam.
Mama sibuk kulakan dan keliling berjualan barang-barang keperluan rumah tangga, dari panci hingga sprei. Saat seperti itu aq kebagian memasak, maka mama akan menyiapkan bahan mentah dan racikan bumbu yang belum diolah, aq jadi terbiasa dan bisa memasak karenanya. Walau hingga kini sering lupa lupa bumbunya hahahaha tapi mengolahnya aq tak canggung dan lumayan disukai oleh yang dimasakkan, aq aja lahap kok hahahaha. Aq tipe yang berani bumbu, karena ogah mecin hehe, ajaran mama.
Jangan bayangkan kalo kami makan lele, dapat seekor-seekor, seringnya seorang perut ke kepala dan seorang perut ke ekor. Bahkan kadang tempe masing masing dapat 2 iris, eh tapi enak, dipenyet ke sambal fresh istimewa buatan mama. Sungguh masa masa prihatin itu, terdengar miris, tapi tidak bila teringat betapa kami selalu sehat dan selalu lahap. Semua terasa nikmat.
Mama meski tak seberapa penghasilannya, bila saat itu bisa beli daging sapi, dia akan beli. Baginya, investasi gizi bagi anak-anaknya sangat penting. Hingga tak adalah simpan menyimpan perhiasan, ataupun menabung untuk membangun rumah, tak apalah kami bersabar, masih mampunya numpang. Demi pendidikan anak-anaknya terutama.
Mungkin karena memahami perjuangannya, sekecil apapun honor awal awal aq bekerja, selalu aq berusaha, sebagian adalah untuk membantu meringankan biaya-biaya rumah tangga. Adik-adikku pun sama. Dan bila dapat beli makanan istimewa, kini kami terbiasa untuk selalu membelikan semua. Terbiasa berbagi dan merasa tak bisa bila tidak.
(14/8/2020)